Ckstar.idLagu Bento karya Iwan Fals bukan sekadar lagu legendaris, tetapi juga simbol kritik sosial tajam terhadap kekuasaan dan ketimpangan yang tetap relevan hingga kini.

Pendahuluan: Lagu yang Tak Lekang oleh Waktu

Dalam sejarah musik Indonesia, hanya sedikit lagu yang mampu bertahan lintas generasi dan tetap relevan dengan kondisi sosial-politik masa kini. Salah satunya adalah “Bento”, karya legendaris dari Iwan Fals, yang pertama kali di rilis pada akhir dekade 1980-an. Lagu ini bukan hanya di kenal karena melodinya yang kuat, tetapi juga karena pesan sosial dan kritik tajam yang di sampaikannya.

“Bento” menggambarkan potret seorang tokoh kaya raya yang sombong, arogan, dan hidup bergelimang harta, namun lupa dengan rakyat kecil. Di balik liriknya yang sederhana dan mudah di ingat, tersimpan kritik mendalam terhadap perilaku elit penguasa yang korup dan menindas masyarakat bawah. Hingga hari ini, lagu ini masih sering di putar, di nyanyikan ulang, bahkan dijadikan simbol perlawanan terhadap ketidakadilan sosial.


BACA JUGA : Update Terbaru Skandal Lisa Mariana dan Ridwan Kamil

Makna Mendalam di Balik Lirik Lagu Bento

Lirik “Bento” sebenarnya adalah potret realitas sosial pada masa itu. Dalam lagu ini, Iwan Fals menggambarkan karakter “Bento” sebagai representasi para pejabat atau orang kaya baru yang menggunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi. Ia memiliki rumah megah, mobil banyak, dan hidup di kelilingi kemewahan — tetapi sikapnya jauh dari nilai kemanusiaan.

Potongan lirik seperti:

“Rumahku istana, mobilku banyak, hartaku berlimpah…”

menunjukkan betapa kontrasnya kehidupan antara si “Bento” dan rakyat kecil. Namun, di balik kekayaan itu, ada aroma keserakahan dan ketidakpedulian terhadap orang lain.

“Bento” juga dapat di tafsirkan sebagai sindiran terhadap sistem sosial dan politik yang timpang, di mana kekuasaan sering di salahgunakan. Lagu ini bukan hanya tentang satu individu, melainkan kritik terhadap struktur sosial yang memungkinkan ketidakadilan terus berlangsung.


Konteks Sosial dan Politik Saat Lagu Ini Di rilis

Ketika lagu “Bento” muncul, Indonesia masih berada di bawah kekuasaan rezim yang kuat dan menekan kebebasan berekspresi. Iwan Fals, sebagai musisi yang berani, menggunakan musik sebagai sarana untuk menyuarakan keresahan rakyat.

Melalui “Bento,” ia tidak hanya menghibur, tetapi juga mengedukasi pendengar tentang kesadaran sosial. Lagu ini menjadi bentuk perlawanan simbolik terhadap kekuasaan yang menutup mata terhadap penderitaan rakyat kecil.

Bahkan, banyak pendengar pada masa itu merasa bahwa karakter “Bento” adalah perwujudan nyata dari para pejabat atau pengusaha yang menikmati fasilitas negara tanpa memikirkan rakyatnya. Karena itu, lagu ini sempat di anggap kontroversial dan berisiko tinggi untuk di nyanyikan di panggung publik.


Musik dan Gaya Penyajian yang Khas

Selain liriknya yang tajam, kekuatan lagu “Bento” juga terletak pada aransemen musiknya yang enerjik dan mudah di ingat. Gaya musik rock dengan sentuhan pop khas era 80-an membuat lagu ini terasa kuat, berani, dan penuh semangat perlawanan.

Iwan Fals menyanyikan “Bento” dengan gaya vokal yang ekspresif dan penuh emosi. Setiap bait terdengar seperti seruan, ajakan untuk membuka mata terhadap realitas sosial yang terjadi. Musiknya yang tegas dan ritmenya yang dinamis memperkuat pesan bahwa kritik tidak harus di sampaikan dengan marah, tetapi bisa melalui karya seni yang cerdas dan berpengaruh.


Relevansi Lagu Bento di Era Modern

Meski di rilis puluhan tahun lalu, makna lagu “Bento” tetap hidup dan relevan hingga hari ini. Dalam konteks modern, “Bento” bisa di artikan sebagai simbol keserakahan manusia modern — mereka yang mengejar kekayaan tanpa memperhatikan moral dan kemanusiaan.

Di era digital, lagu ini bahkan sering di gunakan dalam video kritik sosial di media sosial, menggambarkan kondisi ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang masih terjadi. Banyak generasi muda mengenal lagu ini bukan hanya sebagai karya legendaris, tetapi juga sebagai bentuk kesadaran sosial yang terus di wariskan.

Hal ini membuktikan bahwa musik dengan pesan kuat tidak akan pernah lekang oleh waktu. “Bento” telah berubah menjadi lebih dari sekadar lagu — ia adalah simbol perlawanan, refleksi, dan pengingat akan pentingnya kejujuran dalam kehidupan.


Pesan Moral yang Bisa Dipetik dari Lagu Bento

Dari lagu “Bento,” ada beberapa pesan moral yang bisa kita ambil:

  1. Kekuasaan dan kekayaan bukan segalanya.
    Hidup mewah tanpa empati hanyalah kesia-siaan. Kekuasaan harus digunakan untuk menolong, bukan menindas.
  2. Musik sebagai media perubahan sosial.
    Iwan Fals membuktikan bahwa musik bisa menjadi alat kritik yang efektif tanpa harus turun ke jalan.
  3. Keberanian dalam menyampaikan kebenaran.
    Lagu ini menunjukkan bahwa kejujuran dalam berkarya bisa menggugah kesadaran masyarakat luas.
  4. Kesederhanaan yang bermakna.
    Di tengah dunia yang penuh glamor, pesan “Bento” mengajak kita kembali pada nilai kemanusiaan dan kesederhanaan.


Kesimpulan

“Bento” bukan sekadar lagu, melainkan potret sosial dan kritik tajam terhadap ketimpangan yang membekas di hati masyarakat Indonesia. Iwan Fals melalui lagu ini berhasil menyuarakan jeritan rakyat kecil dengan cara yang berani dan jujur.

Lebih dari tiga dekade setelah dirilis, “Bento” tetap menjadi pengingat bahwa kekuasaan dan harta tidak akan berarti apa-apa tanpa keadilan dan kepedulian terhadap sesama. Lagu ini telah menjadi warisan budaya, simbol perlawanan, dan pelajaran berharga bagi setiap generasi yang mencintai kejujuran serta keadilan.