Ckstar.id – Ulasan lengkap film Sukma: cerita, akting, kekuatan & kelemahan, plus rekomendasi untuk pencinta horor lokal Indonesia.

Film Sukma hadir di bioskop Indonesia pada tanggal 11 September 2025, menjadi salah satu film horor lokal paling di perbincangkan tahun ini. Di sutradarai oleh Baim Wong, dengan produksi oleh Tiger Wong Entertainment, film ini mencoba menghadirkan atmosfer horor yang tidak sekadar vokal jumpscare, tetapi juga menyentuh sisi emosional dan sosial.

Dalam artikel ini, kita akan membahas sinopsis, kekuatan, kelemahan, akting, aspek teknis, serta rekomendasi: apakah Sukma layak di tonton atau tidak.


BACA JUGA : Perjalanan Karier Leonardo DiCaprio di Hollywood

Sinopsis Singkat & Tema Utama Film Sukma

Sukma berkisah tentang Arini (di perankan oleh Luna Maya). Seorang ibu muda yang setelah bercerai kemudian menikah lagi dengan Pram (Oka Antara) dan pindah ke rumah baru bersama keluarga. Di rumah baru itulah ia menemukan sebuah cermin antik misterius di ruang tersembunyi. Cermin itu memicu kejadian-kejadian gaib dan misteri masa lalu yang mulai mengancam kedamaian keluarganya.

Nuansa horor di film ini tidak cuma horor berbasis hantu. Akan tetapi juga di kombinasikan dengan konflik internal keluarga dan obsesi manusia terhadap kecantikan serta keabadian. Tema obsesi awet muda menjadi salah satu benang merah yang menguat di tengah misteri cermin gaib.


Kekuatan Film Sukma

  1. Atmosfer & Build-up.
    Salah satu aspek yang paling di apresiasi adalah cara Sukma membangun ketegangan perlahan, tanpa mengandalkan teror dadakan atau jumpscare berlebihan. Suasana rumah tua, cahaya bayangan, dan elemen visual seperti cermin berhasil menciptakan rasa “di awasi”.
  2. Akting Pemeran Utama.

    • Christine Hakim sebagai Ibu Sri tampil dengan aura misterius yang kuat, meski tidak memegang peran supernatural secara eksplisit. Kehadirannya saja sudah menjadi daya tarik tersendiri.
    • Luna Maya sebagai Arini berhasil mengkomunikasikan ketakutan, kecemasan, dan konflik batin sebagai seorang ibu yang di hadapkan pada bahaya tak kasat mata.
    • Oka Antara dan Fedi Nuril juga memberikan dukungan karakter yang solid, meskipun porsi mereka mungkin tidak sebesar dua pemeran utama tersebut.

  3. Teknik Visual & Sinematografi
    Pengambilan gambar, permainan cahaya dan bayangan, serta pemilihan sudut kamera dalam Sukma cukup matang. Rumah tua dan cermin sebagai elemen properti turut memperkuat efek visual mistis.
  4. Musik & Efek Suara.
    Musik latar dan efek suara di film ini di gunakan secara proporsional. Tidak terlalu mencolok, tetapi cukup untuk mempertekan suasana tegang dalam momen-momen klimaks.
  5. Kedalaman Tema & Relevansi Sosial
    Sukma juga menyisipkan pesan reflektif tentang tekanan sosial untuk tampak muda dan kecantikan yang berlebihan. Cermin dalam film ini menjadi simbol dari obsesi manusia terhadap keabadian dan citra diri.


Kelemahan & Catatan Kritikal Film Sukma

  • Karakter & Pengembangan
    Beberapa karakter terasa kurang dieksplor secara mendalam, terutama Ibu Sri meskipun Christine Hakim tampil kuat. Penulisan karakter ini terkadang terasa “nanggung” antara sisi misterius dan sisi manusiawinya.
  • Pacing di Babak Ketiga
    Banyak ulasan menyebut bahwa klimaks atau babak akhir terasa agak terburu-buru dan kurang memuaskan dibanding build-up yang sudah dibangun sejak awal. Momen pengungkapan kadang terasa melompat tanpa persiapan matang.
  • Plot Twist Terlalu Tertebak
    Bagi penonton yang sering menonton film horor atau misteri, sebagian alur twist Sukma terbilang cukup mudah ditebak. Namun, eksekusinya kadang berhasil tetap menyajikan kejutan emosional.
  • Konsistensi Horor
    Ada kalanya horor dalam film ini lebih terasa sebagai latar, sedangkan adegan supernatural atau penampakan terkesan minim atau tersebar. Sehingga, bagi penonton yang mencari banyak adegan menyeramkan mungkin akan merasa kurang puas.


Apakah Sukma Layak Ditonton?

Secara keseluruhan, Sukma adalah tontonan menarik bagi pecinta horor lokal yang menginginkan sajian berbeda — lebih dari sekadar jumpscare, tetapi juga atmosfer, cerita, dan emosional. Film ini bukan horor “seram tanpa henti,” melainkan horor-misteri dengan elemen drama dan refleksi.

Bagi penonton yang suka cerita horor yang padat makna, Sukma bisa menjadi pilihan yang memuaskan. Namun, bila Anda menginginkan horor yang nonstop menyeramkan dari awal hingga akhir, film ini mungkin tampak kurang “aji mumpung” dalam beberapa bagian.

Secara rating kasar berdasarkan ulasan yang ada, Sukma bisa berada di kisaran 6,5 hingga 8 dari 10, tergantung preferensi Anda terhadap genre horor yang lebih nuanced dan atmosferik.